IBUku

Ibuku adalah seorang wanita sederhana, malah sangat sederhana. Ibu dilahirkan di pedesaan yang bernama Gresik, Jawa Timur. Ibuku bukan orang yang berpendidikan tinggi seperti anak-anaknya, beliau hanya lulusan sekolah dasar. Bila ditanya kenapa tidak melanjutkan, uang adalah masalah utama, serta orang tua yang sudah tidak ada lagi itu adalah alasan kedua mengapa ibu tidak melanjutkan sekolahnya. Bu Munawir itulah panggilan yang acap kali digunakan oleh para tetangga. Nama gadisnya sudah tidak digunakan setelah ia menikah dengan bapak.

 Tidak ada habis-habisnya keinginanku untuk “memamerkan” ibuku kepada orang lain. Beliau sungguh-sungguh merupakan ibu yang sangat aku banggakan dan aku kagumi. Dari kecil hingga aku menikah, doa beliau selalu ada untukku dan kedua kakakku.  Ketika aku masih serumah dengan ibu, banyak hal yang tidak enak selalu kulakukan. Melanggar yang dilarangnya, berbohong, hingga perbuatan-perbuatan nakalku yang lain. Tapi ibu selalu sabar menasehati, mengingatkan, dan BERDOA agar aku selalu di jaga Allah, ditunjukkan jalan yang benar, dan masih banyak doa yang di panjatkan olehnya. Oh ibu… Maafkan anakmu ini…

Ibu adalah guruku. Beliau yang mengajarkan aku membaca dan menulis Al-Quran. Mengajarkan aku membaca huruf gundul, tajwid, dll.  Ibu juga kokiku. Memasakkan sarapan sebelum aku dan kedua kakakku berangkat sekolah, menyiapkan makan siang agar sesampai kami di rumah bisa langsung melahapnya, menghidangkan makan malam agar sewaktu tidur perut tidak berunyi karena kelaparan. Ibu juga seorang “menteri SDA”. Dengan sabar beliau mengangkat air dari sumur untuk mandi dan mencuci. Menyetrika baju kami dikala aku dan mbakku belum bisa menyetrika baju sendiri. Dan bahkan masih sangat kuingat dengan jelas, ibu pernah membuatkan aku baju. Baju itu sangat sederhana. Berbahan kain katun yang jatuh/ringan berwarna dasar hijau, bermotif bunga-bunga merah besar, lengan panjang dan celananya berbentuk “kulot”. Baju yang dibuatkan ibu modelnya tidak beraturan, karena ibu memang tidak pernah mengambil kursus menjahit atau mendesain baju. Tapi entah mengapa, baju yang ibu buatkan sangat nyaman kukenakan, dingin dan sayang kalau tidak dipakai. Mungkin cinta dan rasa sayang ibu ada pada baju itu, sehingga aku bisa merasakan kelembutan dan kenyamanan saat memakainya.

Aku selalu membuat ibuku bersedih. Terutama saat beliau tahu bahwa aku tidak normal, beliau mulai sering khawatir dengan kesehatanku dan kondisi badanku. Tahun ajaran 2002-2003 saat aku duduk dibangku SMA kelas 2, aku divonis oleh dokter terkena Skoliosis, kemiringan tulang belakang. Dokter langsung menyarankan operasi. Itulah hari pertama aku membuat kedua orang tuaku sedih dan bingung, sangat kebingungan. Semenjak itu, saat aku sudah memasuki bangku kuliah dan berpisah jauh dari rumah, ibu setiap hari menelponku untuk mengetahui kesehatanku dan tulangku. Ibu benar-benar khawatir. Di setiap akhir obrolan, kadang kudengar suaranya sedikit terisak. Namun dibalik isakannya, beliau selalu tak lupa memanjatkan doa semoga aku selalu diberi kekuatan oleh Allah dan berharap suatu hari aku bisa sembuh dari penyakit ini.

Ibu adalah seseorang yang bisa menyejukkan aku dikala ada masalah. Setiap ada masalah yang kuhadapi saat sekolah, kuliah dan bekerja, setelah Allah tentunya, ibu adalah tempat kedua untukku mengadu dan meminta pendapat. Dan bahkan untuk urusan pria yang nantinya akan menjadi suamiku kelak, aku serahkan ke ibu. Saat aku ta’aruf dengan suamiku, ibu adalah orang pertama yang kumintai pendapat dan persetujuan. Karena bagiku apa yang ibu suka dan kelak baik untuk ibuku juga, itu adalah kebahagiaanku dan menjadi keputusanku. Namun bagi ibu berbeda, apa atau siapa yang baik menurutku maka beliau akan dukung. Dan tak lupa selalu ibu mengingatkan aku, untuk tidak lupa memohon kepada Sang Pencipta agar diberi petunjuk mana yang terbaik untuk agamaku, keluargaku, dan aku tentunya.

Hingga saat ini walau sudah ada yang menggantikan beliau untuk menjagaku, ibu selalu khawatir dengan kesehatanku. Selalu menanyakan kondisi tulang belakangku. Menanyakan apakah aku baik-baik saja di kota orang, bahagiakah aku, baikkah suamiku kepadaku, dll.

Oh ibu…. Kapankah kekhawatiranmu akan berhenti. Sungguh ironisnya dan jahatnya aku. Beliau tidak pernah melupakan aku sedikitpun bahkan di shalatnya pun beliau selalu menyelipkan doa untuk kebahagiaan anak-anaknya, tapi terkadang aku yang melupakan beliau karena kesibukanku yang lain. Astagfirullah…

Ya Allah… Lindungilah ibu dan bapakku

Ampunilah segala dosa-dosanya, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi aku

Jauhkanlah mereka dari siksa kubur dan dari api nerakamu

Pertemukanlah kami ya Allah di dalam SyurgaMu

Ya Allah berikanlah selalu kesehatan dan kekuatan kepada keduanya

Bahagiakanlah kedua orang tuaku ya Allah seperti keduanya membahagiakan aku

Sungguh ya Allah aku mencintai mereka dan aku sungguh berharap Engkau mencintai mereka pula

Sampaikanlah rasa sayang dan cintaku kepada kedua orang tuaku ya Allah….

Leave a comment